Makalah: Al-Qur’An Dan Pembagiannya
Oleh: Hadi Purwanto, S.Pd.I
Makalah ini disampaiakan pada perkuliahan S2 IAIN Antasari Banjarmasin
Mata Kuliah Ilmu Al Qur’an
Dosen Pembimbing Prof.Dr.H. Abdullah Karim, M.Ag
A. Pendahuluan
Al-Qur’an yakni kitab Allah yang diturunkan melalui perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih 23 tahun. Ayat pertama yang ditunkan yakni surah Al-Alaq ayat 1-5 dikala nabi bertahanus di Gua Hira.Pada masa rasulullah Al-Qur’an tidak ditulis ibarat mushaf-mushaf yang beredar kini ini. Al-Qur’an pada masa itu hanya ditulis pada lembaran kulit, tulang ataupun lempengan watu dan ditulis secara terpisah tidak menyatu dalam sebuah Mushaf.
Dalam perkembangannya Al-Qur’an ditulis dan disusun sebagai mushaf pada masa sahabat. Sehingga banyak perkembangan yang terjadi di dalam penulisan Mushaf tersebut ibarat pembagian-pembagian Al-Qur’an. Dan juga Al-Qur’an mepunyai beberapa nama yang diambil dari ayat-ayat Al-Qur’an yang menyebutkan hal tersebut.
Adapun batasan penulisan makalah ini biar lebih terarah penulis hanya menjelaskan tentang: (1) Pengertian, nama dan sifat Al-Qur’an, (2) Pembagian pada masa sahabat yaitu surah dan ayat, (3) pembagian Al-Qur’an pada masa setelah sahabat, dan (4) penulisan tanda pembagian Al-Qur’an.
B. Pengertian, Nama dan Sifat Al Qur’an
Al-Qur’an berdasarkan bahasa berarti bacaan. Al-Qur’an atau qur’anan merupakan masdar dari qara’a-yaqra’u yang memiliki arti membaca, mengumpulkan dan menelaah. Al-Qur’an merupakan sinonim dari Qira’atan yang merupakan sama-sama menjadi Masdar dari qara’a-yaqra’u memiliki arti bacaan atau cara membacanya. Kata Qur’an merupakan masdar yang memiliki wazan fu’lan ibarat gufran dan syukron. Dalam konteks ini Al Qur’an juga sanggup diartikan dengan maqru’ yang merupakan wazan dari isim maf’ul sehingga sanggup diartikan yang dibaca.
As-Sayuti di dalam Itqan fi Ulum al-Qur’an menyebut beberapa pendapat lain dari pengertian atau penyebutan Al-Qur’an dari segi bahasa:
1. Ibnu Katsir beropini bahwa Al-Qur’an yakni isim Alam yang tidak musytak. Ia hanya diperuntukkan untuk kalamullah tidak untuk yang lain makanya kata Al-Qur’an tidak mahmuz (diberi hamzah).
2. Al-Asy’ari beropini bahawa Al-Qur’an yakni musytak dari lafadz: qara’tu asy-syai bi asy-syai ( قرأت الشيء بالشيء ), artinya kalau saya menggabungkan yang satu dengan lainnya. Karena penggabungan inilah dinamakan Al-Qur’an, alasannya yakni menggabungkan antara surah-surah dan ayat-ayat di dalamnya.
3. Al-Farra beropini bahwa Al-Qur’an yakni musytaq (diambil) dari kata Al-Qara’in ( القرائن ) lantaran ayat yang satu dengan yang lainnya saling membenarkan dan juga ada saling persamaan.
4. Az-Zajjaz berpenndapat bahwa Al-Qur’an tidak ditulis menggunakan hamzah lantaran takhfif (meringankan)
Sedangkan berdasarkan istilah Al-Qur’an yakni kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad dengan perantaraan Jibril dan membacanya yakni Ibadah. Al-Qur’an juga merupakan kalamullah (perkataan Allah) bukan kalam al-basyr (perkataan manusia) sehingga tidak ada keraguan dari kebenaran Al-Qur’an tersebut.
Al-Qur’an yang merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, saw. memiliki beberapa nama lain yang disebutkan dalam Al Qur’an itu sendiri, yaitu: Al-Qur’an, Al Kitab, Al Furqan, Adz-Dzikra dan At- Tanjil.
1. Al-Qur’an, ibarat dalam surah Al-Isra’ ayat 192:
“Sesungguhnya Al Alquran ini menawarkan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar besar hati kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
2. Al Kitab, ibarat dalam surah Al-Anbiya ayat 10:
“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kau sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kau tiada memahaminya?”
3. Al Furqan ibarat dalam surah Al-Furqan ayat 1:
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, biar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
4. Adz-Dzikra ibarat dalam surah Al-Hijr ayat 9:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”
5. At- Tanjil ibarat dalam surah Asy-Syu’ara ayat 9:
“dan Sesungguhnya Al Alquran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,”
Selain nama-nama yang disebutkan di atas Al-Qur’an memiliki beberapa sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu: Nur (cahaya), Huda (Petunjuk), syifa (obat), rahmah (rahmat/karunia), Mau’idzah (nasehat), ‘aziz (yang mulia), Mubarak (yang diberkati), Basyir (pembawa gosip gembira), Nadzir (pemberi peringatan), Mubin (yang menjelaskan) dan Busyra (berita gembira).
Sedangkan Az-Zarkasyi di dalam kitabnya Al Burhan fi Ulum Al-Qur’an menyebutkan nama dan sifat Al-Qur’an ada 55 nama, yaitu; al-Kitab, Al Mubin, Qur’an, Karim, Kalam, Nur, Huda, Rahmah, Furqan, Syifa, Mau’izhah, Dzikir, Mubarak, Aliy, Hikmah, Hakim, Muhaimin, Habl, Shirat Mustaqim, Qayyim, Qaul, Fashl, Naba’, Adzim, Ahsanul Hadits, Matsani, Mutasyabih, Tanjzil, Ruuh, Wahyu, Arabiy, Bashair, Bayan, Ilmu, Haq, Hady, A’jaba, Tadzkirah, Al-Urwatul al Wutsqa, Shiddik, ‘Adl, Amr, Munadi Busyro, Majid, Zabur, Basyir, Nadzir, ‘Aziz, Balagh, Qishosh, Shuhuf, Mukarramah, Marfu’ah, Muthohharoh.
Beragamnya nama dan sifat Al Qur’an yang disebutkan di atas tadi lantaran bersumber pada ayat-ayat Al Qur’an yang menamakan atau mensifatkan Al-Qur’an tersebut. Sehingga para Mufassir ataupun jago Ulum Al Qur’an menyebutkan nama-nama tersebut.
C. Pembagian Al-Qur’an pada Masa Sahabat
Pada masa sahabat Al-Qur’an masih ditulis secara sederhana sekali. Al-Qur’an tidak memiliki pembagaian-pembagian kecuali kedalam surah dan ayat saja. Hal ini disebabkan lantaran Nabi Muhammad hanya menetapkan pembagian Al-Qur’an sebatas ayat dan Surah. Pembagian Al-Qur’an ini disebabkan untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan memiliki pembahasan yang sama kedalam sebuah surah melalui tauqifi dari nabi.
1. Surah
Surah jamaknya suwar menurut bahasa memiliki arti kedudukan atau daerah yang tinggi, lantaran Al-Qur’an diturunkan dari daerah yang tinggi sehingga untuk bagian-bagian Al-Qur’an tersebut disebut surah.
Sedangkan berdasarkan jago Ulum Al-Qur’an Surah yakni sekumpulan ayat-ayat yang memiliki awal dan akhir serta batas-batas tertentu sekurang-kurangnya 3 ayat dan tiap-tiap surah diawali dengan Basmalah kecuali surah At-Taubah.
Adapun jumlah surah-surah di dalam Al-Qur’an ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai hal ini. Ada yang menyebutnya bahwa jumlahnya 112 surah, 113 surah, 114 surah, 116 surah. Mushaf Usmani memuat jumlah surah Al-Qur’an sebanyak 114 surah. Sedangkan Mujahid yang menyebutkan bahwa Al-qur’an hanya terdiri dari 113 surah lantaran surah Al-Anfal dan At-Taubah merupakan satu ayat. Pendapat ini didsarkan lantaran surah At-taubah tidak memiliki Basmalah dan isinya hamper sama dengan surah Al-Anfal. Ibnu Mas’ud sendiri mencantumkan 112 surah lantaran 2 surah mu’awwizatain (Al-Falaq dan An-Nas) dianggapnya tidak merupakan surah Al-Qur’an kerena kedua surah tersebut lebih ibarat kepada Mantra. Berbeda dengan dengan penpat-pendapat di atas Ubay bin Ka’ab menyebutkan bahwa jumlah surah did lam Al-Qur’an yakni 116 surah lantaran ia menganggap bahwa do’a iftitah dan do’a qunut sebagai dua surah di dalam pecahan Al-Qura’an yang dinamakan dengan surah Al-Hafad dan surah Al-Khulu’.
Dari pendapat-pendapat tersebut di atas yang paling banyak digunakan ulama ilmu Al-Qur’an yakni 114 surah yang ada didalam Mushaf Usmani.
Penetapan urutan surah di dalam Al-Qur’an terdapat 2 pendapat yaitu:
1. Urutan surah merupakan tauqifi dan ditangani pribadi oleh nabi sebagaimana diberitahukan Malaikat Zibril atas perintah Allah.
2. Urutan Surah merupakan ijtihat para Sahabat, alasannya yakni ada perbedaan urutan surah dalam mushaf-mushaf mereka.
3. Urutan Surah berdasarkan Tuqifi dan sebagian lainya berdasarkan ijtihat para sahabat.
Dari keseluruhan surah-surah Al-Qur’an terbagi menjadi empat kategori, yaitu: Ath-Thiwal, Al-Mi’un, Al-Matsani dan Al-Mufashshal.
1. Ath-Thiwal yakni surah surah yang panjang, yang termasuk dalam kategori Ath-Thiwal ada tujuh surah yaitu: Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Ma’idah, Al-An’am, Al-A’raf dan yang ketujuh ada yang beropini surah Yunus, namun juga ada yang beropini surah Al-Anfal dan At-Taubah yang merupakan satu ayat.
2. Al-Mi’un yakni surah-surah yang memiliki ayat lebih dari seratus.
3. Al-Matsani yakni surah –surah yang memiliki ayat kurang dari seratus.
4. Al-Mufashshal yakni surah-surah yang pendek yang memiliki banyak pemisah. Kategori ini dimulai dari surah Qaf namun ada yang beropini dari surah Al-Hujarat hingga dengan surah terakhir yaitu surah An-Nas.
2. Ayat
Ayat berdasarkan bahasa yakni tanda, lantaran di dalam ayat ayat terdapat gejala kebesaran Allah kepada umatnya yang ditunjukkan di dalam Al-Qur’an.
Sedangkan berdasarkan istilah ada beberapa pendapat yang mengartikannya:
1. Ayat yakni sebuah kelompok dari al-Qur’an yang terputus dari sebelumnya dan juga terputus dari yang sesudahnya.
2. Ayat yakni satu dari sekumpulan huruf-huruf yang ada di dalam surah.
Adapun penempatan ayat-ayat di dalam surah Al-Qur’an merupakan tauqifi dari Rasulullah saw.
Jumlah Ayat di dalam Al-Qura’an yakni 6236 ayat namun yang lebih masyhur yakni 6666 ayat. Ada beberapa perbedaan pendapat perihal jumlah ayat ini disebabkan para jago ilmu Al-Qur’an berbeda memahami ayat tersebut sudah utuh atau masih menyambung dengan ayat sesudahnya. Imam Sayuti sendiri memuat 67 surah yang memiliki perbedaan dalam jumlah ayatnya, sehingga apabila dijumlahkan keseluruhan yakni 6283 untuk pendapat paling banyak dan 6163 untuk pendapat yang paling sedikit. Sehingga penulis masih meraguakan dengan pendapat yang menyebutkan bahwa Al-Qur’an terdiri dari 6666 ayat.
Sedangkan kosa kata di dalam Al-Qur’an yakni 74.437 kata, dan juga terdiri dari 325.345 aksara dan 332.795 karakter.
D. Pembagian Al-Qur’an pada Masa setelah Sahabat.
Setelah masa setelah sahabat pembagian Al-Qur’an tidak hanya kepada ayat dan surah saja namun pembagian Al-Qur’an lebih banyak, ibarat dibagi menjadi 1/2, 1/3, 1/7, 1/30 dan sebagainya. Pembagian-pembagian tersebut hanya bertujuan untuk mempermudah hafalan dan juga untuk amalan-amalan dalam tiap-tiap sehari semalam atau di dalam sembahyang, namun demikian pembagian-pembagian tersebut tidak ditulis di dalam ataupun di pinggir mushaf Al-Qur’an.
Penulisan pembagian tersebut gres dilakukan pada masa Al Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi pada Masa Daulah Umawiyyah yang memerintahkan kepada para jago ilmu Al-Qur’an untuk menuliskannya di dalam atau dipinggir Al-Qur’an dan ditambah dengan istilah-istilah baru.
Pembagian pertama yakni membagi Al-Qur’an kepada 2 bagian, pecahan pertengahan antara dua pecahan tersebut terdapat pada surah Al-Kahfi ayat 19 pada aksara ف di dalam kalimat. وليتلطف Pembagian Al qur’an selanjutnya yakni membaginya menjadi 30 juz, pembagian ini bertujuan untuk para penghafal Al-Qur’an yang memiliki amalan menghatamkan Al-Qur’an dalam 30 hari. Selain itu pembagian ini biasanya juga digunakan dalam membaca surah dalam shalat tarawih sehingga pada tiap malamnya dibaca satu juz.
Untuk tujuan hafalan ini juga Al-Qur’an di bagi kepada tujuh pecahan untuk penghafal yang mengamalkan khatam dalam tujuh hari. Adapun letak satu pertujuh pertama terdapat pada surah 4 ayat 55, kedua di dalam surah 7 ayat 147, ketiga di dalam surah 13 ayat 35, keempat didalam surah 22 ayat 35, kelima di dalam surah 33 ayat 36, keenam di dalam surah 48 ayat 6.
Hizb meruapakan salah satu pembagian Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an terdapat 60 Hizb dan tiap-tiap satu Hizb dibagi empat. Tanda ¼ hijb ditulis dengan ربع , tanda ½ Hizb ditulis dengan نصف, dan tanda ¾ Hizb ditulis dengan ثلاث ارباع . Pembagian cara inilah yang digunakan oleh ahli-ahli Qira’at Mesir dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir mencetak Al-Qur’an sejak tahun 1337 H hingga kini dibawah pengawasan para guru besar Al Azhar. Adapun pembagian kegunaan pembagian Hizb ini penulis belum mendapat literature yang menerangkannya.
Selain pembagian-pembagian di atas pembagian Al-Qur’an terkecil setelah ayat yakni Ruku’. Ruku’ di dalam Al-Qur’an ini terdiri dari 554 ruku’yang terdapat di dalam surah yang tersusun dari beberapa ayat. Surah yang panjang berisi beberapa Ruku’ sedang yang pendek berisi satu Ruku’. Ruku’ ini biasanya menjadi tanda untuk pemberhentian bacaan surah di dalam shalat, lantaran Rasululullah di dalam shalatnya selalu berhenti menbaca surah dalam shalat dan kemudian ruku’ dikala samapai pada ayat tersebut.
E. Tanda Pembagian dalam Al-Qur’an. .
Untuk memperlihatkan pembagian Al-Qur’an tesebut di dalam Mushaf terdapat beberapa tanda.
1. Tanda pemisah antar surah di dalam Al-Qur’an pada awalnya tidak ditulis, kemudian dalam perkembangannya Mushaf Utsmani memberi tanda pemisah surah dengan menuliskan kalimat Basmalah dan ditulis sedikit lebih renggang dengan surah sebelumnya. Namun kini tanda pemisah surah pada mushaf-mushaf ditulis Basmalah dan ada ornament/hiasan serta nama surah yang memperlihatkan identitas surah tersebut.
2. Tanda pemisah ayat pada kurun pertama Hijriyah hanya titik-titik yang membentuk segi empat, berbaris memanjang,dan membentuk segi tiga. Selanjutnya pada kurun ke dua Hijriyah pemisah ayat dibentuk hiasan dan mulai memuat nomor ayat.
3. Tanda pemisah pertengahan Al-Qur’an yakni dengan menuliskan kalimat وليتلطف lebih tebal dari goresan pena yang ada.
4. Tanda pemisah Juz ditulis dengan lembaran baru.
5. Tanda pemisah sepertujuh Al-Qur’an tidak ditulis di dalam Al-Qur’an Mushaf Utsmani yang beredar sekarang.
6. Tanda pemisah Hizb ditulis dengan kalimat الحزب pada pinggir halaman Al-Qur’an
7. Tanda Pemisah Ruku ditulis dengan aksara ع pada pinggir halaman Al-Qur’an
Dalam penulisan tanda pembagian Al-Qur’an pada mushaf-mushaf yang diterbitkan oleh terbitan Timur Tengah dan Indonesia hingga kini terdapat beberapa perbedaan yaitu: pada mushaf Timur Tengah Hijb ditulis sedangkan Ruku’nya tidak, dan sebaliknya pada mushaf Indonesia Hijb tidak ditulis namun Ruku’nya ditulis. Sedangkan pada penulisan tanda pembagian surah dan ayat tidak ada perbedaan.
F. Penutup
Dari pembahasan Makalah ini penulis menarik kesimpulan antara lain:
1. Al-Qur’an berdasarkan bahasa berasal dari masdar qara’a yaqra’u yang memiliki arti bacaan, dan juga merupakan masdar berwazan isim maf’ul sehingga kata Al-Qur’an sanggup diartiakan sebagai yang dibaca. Sedangkan berdasarkan istilah Al-Qur’an yakni kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan Malaikat Jibril dan membacanya yakni Ibadah.
2. Al-Qur’an memiliki nama-nama, yaitu: Al-Qur’an, Al Kitab, Al Furqan, Adz-Dzikra dan At- Tanjil, sedangkan sifat-sifat Al-Qur’an yaitu: Nur, Huda, syifa, rahmah, Mau’idzah, ‘aziz, Mubarak, Basyir, Nadzir, Mubin dan Busyra. Seluruh nama dan sifat Al-Qur’an tersebut merdasarkan pada ayat-ayat yang menyebutkannya.
3. Pembagian Al-Qur’an pada masa sahabat terbagi kepada ayat dan surah, sedangkan pada masa setelah sahabat Al-Qur’an terbagi menjadi 1/2, 1/ 7, juz (1/30), Hizb dan Ruku’
4. Surah berdasarkan bahasa memiliki arti kedudukan atau daerah yang tinggi, lantaran Al-Qur’an diturunkan dari daerah yang tinggi. Sedangkan berdasarkan jago Ulum Al-Qur’an Surah yakni sekumpulan ayat-ayat yang memiliki awal dan akhir serta batas-batas tertentu sekurang-kurangnya 3 ayat dan tiap-tiap surah diawali dengan Basmalah kecuali surah At-Taubah.
5. Jumlah surah di dalam Al-Qur’an yakni 114 surah namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan ada 112, 113 dan 116 surah. Pendapat yang menyebutkan kurang dari 114 dikarenakan ada beberapa pendapat yang memperselisihkan bahwa surah tersebut terhitung satu ataupun dua surah. Sedangkan yang menyebutkan lebih dari 116 lantaran ada beberapa bacaan yang dikategorikan sebagai surah.
6. Ayat berdasarkan bahasa yakni tanda, lantaran di dalam ayat ayat terdapat gejala kebesaran Allah kepada umatnya yang ditunjukkan di dalam Al-Qur’an.
7. Pembagian Al-Qur’an kepada 1/2, 1/7, 1/30 (juz), Hizb, Ruku yakni hanya untuk memepermudah hafalan ataupun amalan-amalan sehari-hari.
Belum ada Komentar untuk "Makalah: Al-Qur’An Dan Pembagiannya"
Posting Komentar