Makalah: Rasulullah; Pemimpin Agama Di Makkah
Oleh: Hadi Purwanto, S.Pd.I
Makalah ini disampaiakan pada perkuliahan S2 IAIN Antasari Banjarmasin
Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pembimbing Dr. Saifuddin, M.Ag
A. PENDAHULUAN
Agama Islam yaitu agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dan merupakan agama yang terakhir dan satu-satunya diakui oleh Allah swt.
Agama islam ini sebagai pengganti agama-agama pendahulunya menyerupai Agama Katolik yang dibawa olah Nabi Isa as. Agama terakhir ini pun sebagai agama penyempurna dari agama-agama pendahulunya.
Agama islam diturunkan di Makkah karena pada ketika itu Makkah merupakan tempat kaum Jahiliyah yang hidup dalam kesesatan. Untuk menghilangkan kesesatan tersebut Islam tiba dengan ajaran-ajaran Ilahiyah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Ajaran islam tidak hanya perihal ketuhanan saja namun hingga kepada aliran perihal persamaan hak manusia. Tetapi aliran Islam tersebut menuai penolakan yang silih berganti dari kaum kafir Quraisy sebagai penduduk secara umum dikuasai Makkah ketika itu.
Penolakan-penolakan tersebut terjadi terus menerus dari penolakan ringan menyerupai mendustakan aliran islam dan memperolok Nabi Muhammad saw. hingga penolakan keras dengan cara perencanaan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad saw. Walaupun besarnya penolakan tersebut Nabi Muhammad saw. tetap tabah dan melaksanakan dakwanya kepada masyarakat Makkah. Berbagai cara Nabi Muhammad melaksanakan dakwahnya dari sembunyi-sembunyi hingga yang terang-terangan.
Agar pembahasan dalam makalah ini menjadi terarah, maka permasalahan dalam makalah ini akan di fokuskan pada persoalan: Bagaimana citra Makkah sebelum kerasulan? Bagaimana kehidupan Nabi Muhammad sebelum kerasulan? Bagaimana cara dakwah Nabi Muhammad kepada kaumnya? Apa respon kaum Quraisy Makkah terhadap aliran Islam? Dan Apa faktor-faktor yang menimbulkan penolakan aliran Islam?
B. MAKKAH SEBELUM ISLAM
Makkah merupakan salah satu kota di Hijaz, nama Makkah berasal dari bahasa Saba yaitu “Makuraba” yang mempunyai arti tempat suci. Dari arti kata tersebut Makkah merupakan kota suci yang dijadikan tempat sentra keagamaan jauh sebelum kedatangan Rasulullah memberikan Risalahnya. Hal ini dikarenakan di Makkah terdapat tempat suci yang menjadi sentra peribadatan yaitu Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim beserta puteranya Nabi Ismail AS.
Makkah juga merupakan kota penting di Jazirah arab, hal ini dikarenakan dengan letak dan tradisinya. Makkah terletak di jalur perdagangan yang menghubungkan antara Yaman dan Syiria. Kota Makkah terletak di perut lembah, yang dikelilingi oleh bukit-bukit dari segala arah, dari sebelah timur membentang bukit Abu Qubais (Jabal Abu Qubais) dan dari barat dibatasi oleh dua bukit (gunung) Qa’aiqa’ dan keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan Makkah. Dan dikenal cuilan yang rendah dari lembah tersebut dengan Al-Bathhaa’ yang ada padanya Ka’bah dan dikelilingi oleh rumah-rumah orang Quraisy, sedangkan cuilan yang tinggi dikenal dengan Al-Mu’alaah dan pada cuilan ujung-ujung kedua bukit yang berbentuk bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana milik orang Quraisy Dzawahir yaitu orang-orang pedalaman (A’rob) Quraisy yang miskin dan merupakan serdadu-serdadu perang, akan tetapi mereka ini di bawah kaum Quraisy Batha’ (yang tinggal di batha’) dalam kebudayaan, kekayaan dan martabatnya.
Dalam bidang ekonomi masyarkat Makkah secara umum dikuasai merupakan sebagai pedagang, Mereka membawa dagangannya keliling ke banyak sekali daerah. Di dalam Al-Qur’an pernah menceritakan hal tersebut yaitu:
É#»n=\} C·÷tè% ÇÊÈ öNÎgÏÿ»s9¾Î) s’s#ômÍ Ïä!$tGÏe±9$# É#ø¢Á9$#ur ÇËÈ
Artinya
1. karena kebiasaan orang-orang Quraisy,
2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada isu terkini hambar dan isu terkini panas.
(QS: Al Quraisy 1 – 2)
Orang Quraisy biasanya Mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada isu terkini panas dan ke negeri Yaman pada isu terkini dingin. dalam perjalanan itu mereka menerima jaminan keamanan dari penguasa-penguasa dari negeri-negeri yang dilaluinya. Selain berdagang kaum Quraisy juga berperan sebagai duta keliling bagi masyarakat Makkah, sekalipun dalam perjalannya tersebut tidak ada yang mengirimnya secara resmi. Hal ini dipakai untuk memperkenalkan Ka’bah sebagai sentra peribadatan sehingga banyak masyarakat arab yang mengunjunginya.
Agama secara umum dikuasai penduduk Makkah sebelum masuknya Islam yaitu penyembah berhala. Sedangkan orang yang pertama kali membawa berhala ke Makkah yaitu ‘Amr bin Luhay al-Khuza’I ketika Bani Khuza’ah berkuasa di Makkah. Berhala tersebut dibawa dari Syam dan kemudian agama berhala ini terus berkembang pesat diantara masyarakat Makkah. Berhala yang terbanyak terdapat di Ka’bah yang berjumlah 360 buah yang mengelilingi berhala utama yg berjulukan Hubal. Sehingga Agama yang dibawa Nabi Ibrahim hilang kemayoritasannya dan hanya tersisa dalam pengagunggan Baitullah.
Dalam bidang ilmu pengetahuan penduduk makkah tergolong ketinggalan, ini terlihat dari kota Makkah yang hanya mempunyai 17 orang yang pandai membaca dan menulis. Hal ini disebabkan karena penduduk Arab ketika itu lebih suka menghafal dari pada membaca atau menulis sehingga semua syair-syair yang dibentuk ketika itu hanya dihafal saja dan juga dengan kebiasaan mereka yang suka menghafal Nasab atau keturunan. Sehingga hingga ketika ini sangat sulit sekali melacak sejarah Makkah sebelum Islam. Sejarah mereka hanya sanggup diketahui dari masa kira-kira 150 tahun sebelum kedatangan Islam.
C. KEHIDUPAN NABI MUHAMMAD SEBELUM KERASULAN
Nabi Muhammad berasal dari keturunan para pendahulu yang di muliakan oleh Allah swt. Nasab Nabi Muhammad yaitu Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Galib bin Fihr bin Malik bin Al Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Nadhr bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan.
Nabi Muhammad lahir di Makkah pada tanggal 12 Rabiul Awwal di suatu tempat yang tidak begitu jauh dengan Ka’bah pada tahun Gajah yaitu bertepatan dengan datangnya tentara bergajah yang dipimpin oleh Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah. Semenjak lahir, dia tidak pernah melihat ayahnya karena meninggal ketika Nabi Muhammad masih dalam kandungan sedangkan ibunya meninggal pada ketika dia berumur 6 tahun. Oleh karena itu kakeknya Abdul Muthallib yang mengasuh dan membesarkannya.
Muhammad kecil disusukan kepada Halimah binti Dzuaib As Sa’diyah, hal ini merupakan menjadi tradisi orang Arab yaitu menyusukan anaknya kepada orang lain. Pada masa remajanya dipergunakan sehari-hari untuk mengembala kambing baik kambing keluarganya maupun kambing penduduk Makkah. Melalui kegitan itulah Nabi Muhammad mulai berpikir dan merenung. Ketika kakeknya meninggal maka nabi Muhammad disuh oleh Abu Thalib dan ketika itu nabi Muhammad berusia 8 tahun. Abu Thalib menawarkan pendidikan kepadanya dan mengarahkannya terjun ke dunia bisnis sehingga Nabi Muhammad bepergian bersama Abu thalib berniaga ke negeri Syam.
Kepergian Nabi Muhammad ke Negeri Syam pertama kali pada usia 12 tahun dengan membawa barang-barang dagangan Khadijah dan berkat kelihaian cara berdagang dia menerima untung yang sangat besar yang belum pernah diterima oleh Khadijah sebelumnya dan ini menambah eratnya hubungan antara Khadijah dengan Nabi Muhammad. Selain itu Khadijah tertarik dengan Nabi Muhammad karena keluhuran budi pekertinya yang melebihi perjaka mana pun di Makkah. Hubungan erat ini berakhir ketika nabi Muhammad mengawini Khadijah yang kala itu usia Muhammad 25 tahun dan Khadijah berusia 40 tahun.
Pada ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun, terjadi insiden penting yang menunjukkan kebijaksanaan Nabi Muhammad, yaitu pada ketika Ka’bah rusak berat. Orang-orang Makkah secara gotong-royong memperbaikinya. Akan tetapi pada ketika peletakkan Hajar Aswad mereka bertengkar perihal siapa yang lebih berhak memindahkan Hajar Aswad. Akhirnya mereka sepakat bahwa “barang siapa yang masuk pertama ke Ka’bah melalui pintu Shafa maka dia berhak meletakan Hajar Aswad tersebut atau berhak menetapkan siapa yang berhak meletakkannya”. Pada waktu itu orang pertama yang masuk ke dalam Ka’bah melalui Shafa yaitu Nabi Muhammad, tapi dengan kebijaksanaan Nabi Muhammad, Hajar Aswad tersebut diletakkan secara gotong royong dengan cara Hajar Aswad diletakkan di sebuah kain yang terbentang kemudian seluruh kepala suku memegang setiap ujungnya dan membawanya gotong royong ke Ka’bah.
Setelah mengawini Khadijah Nabi Muhammmad sering menjauhkan diri dari pergaulan masyarakat yang dikenal dengan kerendahann moral mereka. Nabi Muhammad, di samping tidak pernah berbuat dosa (ma’shum) dia juga selalu beribadah dan berkhalwat atau menyendiri. Tempat yang dia pilih yaitu Gua Hira, sebuah goa yang terletak di puncak gunung hira berjarak 6 km dari kota Makkah. Kepergiannya ke tempat itu untuk menyucikan jiwanya dan mengikis keragu-raguan yang ada dalam dirinya dan juga karena kerinduan untuk mencari kebenaran (tahannus dan tahannuf). Pada ketika inilah Nabi Muhammad. Menerima wahyu pertama sebagai legitimasi dia menjadi Rasul. Ayat pertama yaitu surah Al-‘Alaq ayat 1-5 pada tanggal 17 Ramdhan. Hal ini terjadi menjelang usia Nabi Muhammad yang ke 40.
Sebelum melaksanakan penyendirian tersebut, sebetulnya Nabi Muhammad pernah mendapatkan saran dan derma dari seorang Hanif– pengikut Monotheisme Arabian yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa namun bukan sebagai pengikut yahudi atau nasrani. Dia mengajarkan kepada Muhammad perihal kesia-siaan penyembahan berhala.
D. DAKWAH RASULULLAH DAN TANGGAPAN KAUM MAKKAH
Ketika wahyu pertama turun, Nabi belum diperintah untuk menyeru umat insan menyembah dan mengesakan Allah swt. Jibril tidak lagi tiba untuk beberapa waktu lamanya sehingga Rasulullah amat pilu dan sedih. Pada ketika sedang menunggu itulah kemudian turun wahyu yang kedua surah Al-Mudatstsir ayat 1-7, yang menjelaskan akan kiprah Rasulullah saw. untuk menyeru umat insan menyembah dan mengesakan Allah swt.
Dengan perintah tersebut Rasulullah SAW mulai berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dakwah pertama dia yaitu pada keluarga dan sahabat-sahabatnya. Orang pertama yang beriman dan mengikutinya ialah Khadijah, disusul Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah. Setelah itu dia menyeru kepada Abu Bakar. Kemudian dengan perantaraan Abu Bakar beberapa sobat dekatnya juga masuk Islam yaitu Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqash dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga tahun lamanya Rasulullah saw. melaksanakan dakwah secara rahasia. Kemudian turunlah firman Allah swt., surat Al-Hijr ayat 94 yang memerintahkan supaya Rasulullah berdakwa secara terang-terangan. Pertama kali permintaan yang bersifat umum ini dia tujukan pada kerabatnya, kemudian penduduk Makkah baik golongan bangsawan, hartawan maupun hamba sahaya. Setelah itu pada kabilah-kabilah Arab dari banyak sekali tempat yang tiba ke Makkah untuk mengerjakan haji. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam. Demikianlah usaha Nabi Muhammad SAW dengan para teman untuk meyakinkan orang Makkah bahwa agama Islamlah yang benar dan berasal dari Allah swt, akan tetapi kebanyakan orang-orang kafir Quraisy di Mekkah menentang aliran Nabi Muhammad SAW tersebut yang mereka anggap aliran baru, salah satunya dengan cara menyampaikan bahwa Muhammad sudah asing dan penyihir.
Dengan adanya dakwah Nabi secara terang-terangan kepada seluruh penduduk Makkah, maka banyak penduduk Makkah yang mengetahui isi dan kandungan Al-Qur’an yang sangat hebat, mempunyai bahasa yang terang (fasihat) serta menarik. Sehingga lambat laun banyak orang Arab yang masuk Agama Islam. Dengan usaha yang serius pengikut Nabi Muhammad saw. bertambah, sehingga pemimpin kafir Quraisy yang tidak suka jikalau Agama Islam menjadi besar dan berpengaruh berusaha keras untuk menghalangi dakwah Nabi dengan melaksanakan penyiksaan-penyiksaan terhadap orang mukmin.
Banyak hal yang dilakukan para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi. Pada mulanya mereka mengira bahwa kekuatan Nabi terletak pada proteksi dan pembelaan Abu Thalib. Mereka mengancam dan menyuruh Abu Thalib untuk menentukan dengan menyuruh Nabi berhenti berdakwa atau menyerahkannya pada orang kafir Quraisy. Karena cara–cara diplomatik dan bujuk rayu gagal dilakukan, balasannya para pemimpin Quraisy melaksanakan tindakan fisik yang sebelumnya memang sudah dilakukan namun semakin ditingkatkan. Apabila orang Quraisy tahu bahwa dilingkungannya ada yang masuk Islam, maka mereka melaksanakan tindakan kekerasan yang semakin intensif lagi. Para budak-budak yang masuk islam menjadi materi siksaan para pembesar Kafir Quraisy sehingga banyak pemeluk Islam yang mati memegang teguh keislamannya.
Kekejaman yang dilakukan oleh peduduk kafir Quraisy Mekkah terhadap kaum muslimin mendorong Nabi Muhammad saw. untuk mengungsikan sahabat–sahabatnya keluar Makkah. Sehingga pada tahun ke-5 kerasulan Nabi Muhammad saw. menetapkan Habsyah (Etiophya) sebagai negeri tempat untuk mengungsi, karena Negus rajanya pada ketika itu sangat adil walaupun dia beragama Nasrani. Namun kafir Quraisy tidak terima dengan perlakuan tersebut, maka mereka berusaha menghalangi hijrah ke Habsyah dengan membujuk raja Habsyah supaya tak mendapatkan kaum muslimin, namun gagal.
Ditengah-tengah sengitnya kekejaman itu dua orang berpengaruh Quraisy masuk. Islam yaitu Hamzah dan Umar bin khattab sehingga memperkuat posisi umat Islam. Hal ini memperkeras reaksi kaum Quraisy Mereka menyusun seni administrasi gres untuk melumpuhkan kekuatan Muhammad saw. yang bersandar pada proteksi Bani Hasyim. Cara yang ditempuh yaitu pemboikotan. Mereka menetapkan segala bentuk hubungan dengan suku ini. Persetujuan dilakukan dan ditulis dalam bentuk piagam dan disimpan dalam Ka’bah. Akibatnya Bani Hasyim mengalami kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Hal ini terjadi pada tahun ke –7 kenabian dan berlangsung selama 3 tahun yang merupakan tindakan paling menyiksa dan melemahkan umat Islam.
Pemboikotan ini berhenti sehabis para pemimpin Quraisy sadar terhadap tindakan mereka yang terlalu. Namun selang beberapa waktu Abu Thalib meninggal Dunia, tiga hari kemudian istrinya, Khodijah pun wafat. Tahun itu merupakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad (Amul Huzni). Sepeninggal dua orang pendukung tersebut kaum Quraisy tak segan– segan melampiaskan amarahnya. Karena kaum Quraisy tersebut, Nabi berusaha mengembangkan Islam keluar kota, namun Nabi Muhammad saw. malah diejek, disorak bahkan dilempari kerikil hingga terluka di cuilan kepala dan badan.
Pada suasana menyedihkan tersebut Allah swt. Menghibur Rasulullah dengan mengisra’ mi’raj-kan yang terjadi pada tahun ke-10 kenabian. Berita perihal Isra’ Mi’raj ini menggemparkan ke seluruh masyarakat Makkah, ada yang percaya dengan insiden ini tapi banyak yang mendustakannya. Bagi kaum kafir Quraisy hal ini merupakan kesempatan untuk mempropagandakan dalam pendustaan kepada Rasulullah namun bagi umat Islam hal ini merupakan ujian keimanan. Salah seorang teman rasulullah yang dengan tegas mengimani Isra’ Mi’raj yaitu Abu Bakar sehingga mulai ketika itu dia menerima kan gelar Al-Siddik.
Kekejaman Kafir Quraisy hingga pada planning pembunuhan Rasulullah. Untuk menghindari hal tersebut maka Rasulullah berhijrah ke Madinah beserta para kaum Muslimin guna meluaskan aliran Islam di kalangan Masyarakat Madinah.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AJARAN RASULULLAH DI MAKKAH.
Ketika Rasulullah memberikan dakwah sembunyi-bunyi kaum kafir Quraisy tidak mengira bahwa aliran Rasulullah akan berhasil dan diikuti oleh banyak dari penduduk Makkah. Namun sehabis aliran Rasulullah menerima respon dan diikuti oleh penduduk Makkah kaum Kafir Quraisy melancarkan aksi-aksinya untuk menghalagi tersebarnya aliran Islam ini.
Adapun hal-hal yang mengakibatkan penolakan aliran Rasulullah yaitu sebagai berikut:
a. Persaingan Memperebutkan Kekuasaan
Kaum Quraisy tidak sanggup membedakan antara kenabian dan kekuasaan atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka menganggap bahwa bahawa pemimpin keagamaan akan merangkap menjadi pemimpin pemerintahan sehingga tunduk kepada agama Muhammad yaitu berarti tunduk kepada kekuasaan Abdul Muthallib. Sedangkan suku-suku Quraisy selalu bersaing untuk memperebutkan kekuasaan dan pengaruh. Dengan hal itu maka kekuasaan mereka akan hilang di Makkah apabila mengikuti aliran Muhammad.
b. Penyamaan hak antara kasta aristokrat dan kasta hamba sahaya
Bangsa Arab di Makkah hidup berkasta-kasta, tiap-tiap manusia digolongkan kepada kasta yang dihentikan dilampauinya. Tetapi aliran Rasulullah menawarkan hak yang sama kepada insan dan menggabungkan semua suku-suku dalam satu ikatan dengan hak dan kewajiban yang sama . Hak yang sama inilah suatu dasar yang penting dalam aliran Islam, karena itu kasta aristokrat dari kaum Quraisy enggan menganut aliran Islam karena mereka menganggap akan meruntuhkan tradisi dan dasar kehidupan mereka. Tidak hanya itu saja hal yang mempengaruhinya yaitu karena pada kasta aristokrat para aristokrat memperoleh keistimewaan-keistimewaan di kalangan penduduk Makkah, menyerupai pengelolaan ka’bah yang menghasilkan laba yang sangat besar dari para peziarah Ka’bah.
c. Takut dibangkit
Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat, insan akan dibangkitkan dari kuburnya, dan bahwa perbuatan akan dihisab. Orang yang berbuat baik, kebaikannya itu akan dibalas, sebagaimana orang-orang berdosa akan disiksa karena kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya. Kaum Quraisy tak sanggup mendapatkan agama Islam yang mengajarkan bahwa insan akan hidup kembali sehabis mati.
d. Taklid dengan nenek Moyang
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan yaitu suatu kebiasaan yang berurat akar pada bangsa Arab. Karena itu amat beratlah terasa oleh mereka meningggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama baru.
e. Hilangnya perniagaan Berhala
Salah satu usaha orang makkah yaitu memahat atau menciptakan patung berhala yang menggambarkan Latta, Uzza, manah dan Hubal yang mereka yakini sebagai Tuhan semesta alam. Berhala-berhala tersebut dijual kepada para jamaah-jamaah haji yang beribadah di Ka’bah. Para jamaah tersebut membelinya untuk mengaharapkan kesempurnaan berhala, berkah ataupun hanya sekedar kenang-kenangan dari Makkah. Dengan aliran Rasulullah yang melarang adanya Berhala maka para saudagar-saudagar Berhala merasa dirugikan oleh rasulullah dan selanjutnya menentang aliran tersebut.
F. PENUTUP
Dari pembahasan makalah ini, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Makkah merupakan salah satu kota penting di hijaz, hal ini dikarenakan letaknya yang strategis yang menjadi jalur perdagangan antara yaman dan Syiria. Selain itu. Makkah juga menjadi kota suci karena pada ketika itu Makkah menjadi sentra peribadatan yang bertempat di Ka’bah.
2. Agama penduduk Makkah secara umum dikuasai yaitu penyembah berhala. Agama ini sudah ada semenjak Bani Khuza’ah berkuasa di Makkah ketika Amr bin Luhay Al-Khuza’I membawa berhala dari Syam dan kemudian meletakkannya di Ka’bah. Agama ini bertahan hingga turunya Islam yang di bawa oleh Nabi Muhammad saw.
3. Nabi Muhammad yaitu keturunan bani hasyim yang dijaga kemuliaan nasabnya oleh Allah swt. Selain itu Nabi Muhammad yaitu seorang yang mempunyai sikap, prilaku dan kebijaksanaan yang melebihi semua orang yang ada di Makkah sehingga Khadijah seorang wanita kaya raya tertarik kepadanya dan balasannya mereka menikah. Setelah ijab kabul itu Nabi Muhammad sering menyendiri di Gua Hira hingga balasannya mendapatkan wahyu yang diturunkan oleh Allah yaitu surah Al ‘Alaq ayat 1-5.
4. Dakwah Rasulullah dalam memberikan ajarannya dilakukan secara bertahap. Mula-mula bersifat sembunyi-sebunyi kepada orang-orang terdekat dan kemudian dilakukan secara terang-terangan kepada seluruh penduduk Makkah. Meliaht hal itu para suku Quraisy murka dan mencoba banyak sekali cara untuk menghenttikan dakwah tyersebut namun tidak berhasil.
5. Ada beberapa factor yang mengakibatkan penolakan suku Quraisy terhadap aliran Rasulullah yaitu:
a. Materi dan Kekuasaan
Kaum Quraisy sangat takut kehilangan materi (penghasilan) karena aliran Rasululah melarang penyembahan berhala sehingga tidak akan ada lagi berhala yang terjual, aliran rasulullah perihal persamaan derajat seluruh insan akan menghapuskan kebangsawanan dan kekuasaan suku quraisy sehingga pengahasilan dari orang-orang berhaji akan hilang.
b. Kebiasaan dari Nenek Moyang
Menyembah berhala merupakan tradisi nenek moyang suku quraisy, jauh sebelum Makkah dikuasai oleh Quraisy masyarakat makkah sudah mnyembah Berhala. Selain itu kebiasaan berbuat dosa member rasa takut tersendiri kepada kaum Quraisy dengan aliran siksa alam abadi bagi orang yang berbuat dosa.
Belum ada Komentar untuk "Makalah: Rasulullah; Pemimpin Agama Di Makkah"
Posting Komentar